Jalan - Jalan Ke Dresden (Jerman)


















DRESDEN:

Susahnya Menampik Godaan
Si ElbFlorenz...!

Millions uncounted in fallen formation
yet all justified.
The crux of it--Deep, then, in the darkness of your Dreaming…
remember that center-flower, then--
even when you in your loveliness look alone,
somehow it goes beyond sieges, Plans,
decrypting messages and Fate.
enterprising young man,
never before…yet now. Like all that softness and over still.
My Dresden


SEBUAH paragraph pernah tertulis begini: ….”With a pleasant location and a mild climate on the Elbe, as well as Baroque-style architecture and numerous world-renowned museums and art collections, Dresden has been called "Elbflorenz" (Florence of the Elbe)”……….

Mungkin pabila Bos membaca kalimat ini, Bos akan mengerti kenapa saya memberi judul travel report ke kota ini dengan julukan ‘Si Elbflorenz’. Sejujurnya gelar itu sudah berkumandang puluhan bahkan ratusan tahun sebelum saya lahir.

Ini bukan imajinasi saya.

Saya bukanlah pribadi pertama dan satu-satunya. Seorang penyair bernama Herder-lah yang pertama menghembuskan julukan itu: Florenz di Elbe. Memang tak perluh diperdebatkan lagi julukan demikian sudah pantas disandang kota yang di lidah orang Ceko menyebutnya Drážďany dan orang Polandia menyebutnya dengan Drezno ini. Orang akan mengingat sebuah kota hebat di Toskana, Italia sana. Dimana tempat lahirnya seniman-seniman besar negara Azzuri itu ( lebih tentang Florenz, baca tulisanku sebelumya: Jalan-jalan ke Italia).












ELBE adalah sungai besar yang melewati kota Dresden. Yang jika menelusuri alirannya, setelah Dresden, sungai ini akan membelah diri menjadi tiga, pertama ke sebelah timur Ore Mountains yang nantinya terus menujuh selatan. Belahan kedua sungai ini yakni ke lembah curam Lusatian yang akan terus menujuh utara. Dan belahan ketiga ke Elbe Sandstone Mountains yang bakal bersusur menujuh timur.

Well, Apa saja yang bisa Bos nikmati di kota yang berjarak 200km dari Berlin ini?

Mari ikuti saya, kita jalan – jalan ke Dresden…

SEBAGAI kota terbesar ke-empat di Jerman (setelah Berlin, Hamburg, dan Köln), Dresden mengklaim diri sebagai salah satu kota terhijau di Eropa. Ini karena ia memiliki kawasan hijau kota sepanjang 50km dan diberi nama Dresdner Heide.


Dari Hannover saya meluncur jam 3 sore.

Planning akan menginap di daerah luar kota. Namanya juga backpacker. Tapi tempat menginap saya cuma 15 menit kok dari pusat kota. Buat saya, ini sebuah kemudahan, selain tentu saja biayanya jadi billiger, ketenangan juga dapat dirasakan. Terus terang, walau masih muda tapi saya bukan type orang yang suka berada di lingkungan yang hiruk-pikuk seakan tak pernah mengenal tidur. Tiba di Dresden sudah gelap, kira-kira jam 9 malam.

Gara-gara sempat terjebak macet, apalagi kalau keluar rumah jam 3 sore adalah jam pulang kantor, bertepatan lagi akhir pekan dimana hampir semua orang mau menghabiskan waktu untuk pergi berlibur di luar kota. Itulah Jerman, negara yang penduduknya gemar melakukan perjalanan. Setelah sampai di pension, saya pun istirahat sambil bembolak-balik beberapa majalah tentang kota Dresden.


PAGI-PAGI benar jam 6 saya sudah siap ke kota. Hari cerah, udara cukup hangat. Saya yakin akan sangat menyenangkan hari ini. Bagi saya waktu pagi-pagi adalah saat yang tepat untuk datang ke sebuah kota yang sudah terkenal dengan wisatanya. Soalnya, jika kita datang pagi-pagi, gerak kita lebih leluasa, tempat-tempat masih sepih dari tumpah rua pengunjung. Dan dengan suasana pagi yang cerah, rasanya sangat cocok pula untuk mengambil banyak foto.



FRAUENKIRCHE.

Memang benar, mobil langsung ke kawasan kota tua. Saya sudah sumringah dengan beberapa bangunan di depan mata saya. Kebetulan mobil kami parkir di dekat gereja Frauenkirche. Wah, asyik nih, masih sepih betul. Gereja ini amat cantik di pagi hari dengan bangunannya yang tertimpa cahaya matahari pagi keemasan. Masih terasa baru setelah rekonstruksi yang selesai tahun 2005 lalu, satu tahun sebelum Dresden merayakan ulang tahunnya ke-800. Ini merupakan an impressive symbol setelah rekonsiliasi paskah PD II.

Konsekrasi bangunan ini menarik minat seluruh dunia. Tercatat setelah kembali berdiri dari puing-puing kehancuran, Frauenkirche telah dikunjungi (pengunjung yang masuk ke dalam gereja) lebih dari 2 juta orang. Awal berdirinya gereja ini pada tahun 1726 seturut design George Bähr. Domenya yang berkarakter ‘Stone bell’ yang roboh pada tanggal 15 February 1945 dibawah hujan bom PD II. Sayangnya, hari itu pengunjung tidak bisa menikmati keindahan interior gereja yang amat penting bagi umat Protestant Jerman karena gereja dipakai untuk pernikahan. Tapi, saya tetap tidak menyesal karena dengan ticket seharga 5 Euro saya bisa naik ke atas menara dan menikmati kota Dresden dari atas kubah. Nah, pas turun dari kubah, saya sempat melongok interior bangunan ini. Karena dibatasi kaca, saya sempatkan mengambil foto sebagian ornamen ceiling gerejanya.

BAGUSNYA lokasi ini dikitari oleh banyak sekali bangunan bersejarah yang bagus. Di belakang kanan gereja terdapat pasar souvenir dan kafe yang menarik. Lalu terus berjalan ke belakangnya ada bangunan yang dindingnya penuh dengan lukisan yang indah berwarna kuning-abu-hitam. Lukisan bercerita tentang masa-masa kerajaan jaman dulu. Augustustrasse, di mana mural porselain bernama ‘Procession of Princess’ berdiri megah sepanjang 102 meter.


CATEDRAL DRESDEN. Dikenal juga dengan Dresdner Dom, tempat ibadat umat Katolik ini kental bernuansa Barok yang diotaki oleh seniman Italia, Gaetano Chiaveri dari tahun 1738-1754. Sekaligus menjadi gereja terbesar di negara bagian Saxony. Memasuki bagian dalam gereja ini, saya begitu terkesima dengan ornament hiasan yang mewah, sebut saja Mimbar Roccoto yang dibuat Balthasar Pelmoser, organ indah karya Silberman Gottfried, serta Pieta Dresden gaya China yang adalah buah cipta Friedrich Press. Di bagian bawah tanah, kita bisa menemukan sarkofagus kaum Wettins lalu sebuah kotak yang katanya berisikan jantung raja Augustus.


SATU lagi gereja di Dresden yang sudah sangat popular di Jerman adalah gereja KREUZKIRCHE, yang bernuansa perpaduan gaya Barok terakhir dan gaya Clasistik permulaan. Dibangun pada tahun 1764-1800, Kreuzkirche punya reputasi bagus dengan paduan suara anak-anak dan remaja “Kreuzchor.” Bagi anak-anak Dresden, menjadi anggota paduan suara ini adalah sebuah prestasi luar biasa, apalagi jika terpili menjadi solois. Sebuah tradisi yang telah berlangsung selama lebih dari 700 tahun.

Petunjuk lain bahwa Dresden punya nama besar di bidang musik gereja adalah relief sandstone di Wedding Chapel yang melukiskan potret Heinrich Schütz, toko yang disebut-sebut sebagai ‘Father of German Music.’ Beliau adalah seorang Hofkapellmeister, ( pemimpin musik orkestra gereja) selama 55 tahun di Dresden. Oya, sama halnya dengan Frauenkirche, dari menara gereja ini kita bisa melihat kota Dresden dari atas.

MASIH di Altstadt, bagian kota tua, saya menemukan satu lagi mascot kota Dresden. Apalagi kalau bukan SEMPEROPER HAUSE. Halaman depannya berdiri patung kaisar dengan kuda tunggangannya. Bangunan ini amat lekat dengan kota Dresden. Nyaris, nama besar Dresden cukup diwalikan oleh gedung pertunjukkan musik opera ini. Semperoper adalah salah satu dari 5 gedung opera terbaik di dunia. Dibangun pada tahun 1838-1941 oleh Gottfried Semper, mengertilah kenapa gedung ini diberi nama SemperOper. Bangunan indah ini sempat pula dihanguskan api pada tahun 1869 lantas rebuilt lagi dari tahun 1871-1978 seturut gaya High Renaissance’s Gottfried oleh putra Gottfried sendiri, Manfred Semper.

TETANGGA dekat Semperoper adalah Der ZWINGER. Oleh Pöppelmann, bangunan luar biasa ini dibangun selama 18 tahun, dari tahun 1710 hingga 1728. Saking senangnya dan mau merekamnya dalam video, saya gelagapan setengah mati begitu tahu kaset Handycam-ku tidak ada yang kosong. Pontang-pantinglah saya mencari toko yang menjualnya. Sampai masuk ke Neustadt pun tidak ketemu, kebiasaan, kalau akhir pekan hampir semua toko pada tutup. Susur punya susur, adalah satu supermarket yang justruh amat dekat dengan lokasi kami sebelumnya. Wuih..hhh, tahu begini, kenapa mau mutar kota berlama-lama?

Bekerja sama dengan pemahat Permoser, Pöppelmann pada mulanya mendesain tempat ini sebagai sebuah orangery dan tempat perhelatan berbagai festival.

Kemudian hari menjadi tempat exhibition. Halaman dalamnya cukup lapang dan bagus untuk bersantai-santai. Lalu sebuah gapura di barat didesain serupa mahkota raja. Mewah dan anggun. Der Zwinger disebut-sebut sebagai contoh sempurnah arsitektur Late Baroque di Jerman. Sesuai dengan fungsinya kini sebagai tempat exhibition, tempat ini memiliki gallery dan museum, seperti Old Master Pictures Gallery, Armoury (Rüstkammer), Porcelain Collection, Zoological Museum, dll.


KOTA yang kini berpopulasi lebih dari 5000 jiwa itu, didirikan oleh bangsa Slavia yang mendiami sebelah timur Jerman dari abad ke-7 sampai abad ke-10. Kaum bangsa Sorbia yang sekarang tinggal di sekitar daerah sini, masih merupakan keturunan langsung bangsa Slavia yang pernah berkuasa di sini. Kota Dresden sendiri konon didirikan pada tahun 1206. Pada tanggal 26 dan 27 Agustus 1813 kota ini merupakan ajang pertempuran sengit pasukan Napoleon dari Perancis melawan pasukan Austria. Lalu pada Perang Dunia II, pada 13 Februari 1945, kota ini dibom secara dahsyat oleh pasukan Sekutu dengan hasil 135.000 jiwa penduduk kota ini tewas. Pusat kota historis juga hancur, antara lain gedung-gedung kuno.

SIAPA sangkah jika seorang pelukis kenamaan Indonesia, Raden Saleh, pernah menetap di kota Dresden. Tapi jika menilik pada sejarah seni di kota ini, tidak heran jika Raden Saleh memilihnya untuk tinggal. Di kota Dresden ini terdapat banyak sekali karya lukis berharga dan terkenal, misalkan saja karya Raphael (Madonna di San Sisto), Correggio (La Notte, Mary Magdalena), Titian (Tribute, Venus), Paul Veronese (The Adoration, Marriage in Cana), Rembrant (Self Portrait), dan masih banyak lagi pelukis lampau dan masa kini.

MASIH banyak lagi tempat-tempat yang menarik disini. Semua punya keistimewaan dan sejarah yang panjang. Seperti BRÜHLSCHE TERRASSE, yang merupakan promenade cantik dengan deretan kafe romantic yang menawarkan pemandangan Sungai Elbe. GRUNE GEWOLBE (Green Vault), museum perhiasan bernuansa hijau dengan koleksi terbesar di Eropa, yang baru dibuka kembali pada bulan September 2006 lalu, terletak tidak jauh dari Zwinger. Ada lagi ROYAL PALACE, first mention of a castle some 700 years ago. Istana dengan 4 sayap yang dibangun pada abad ke-15, mengalami beberapa masa suram, mulai dari terbakar hingga pengrusakan tapi justruh setiap rekonstruksinya memberi gaya baru. NEW SYNAGOGA juga patut dipantau kendati bentuk bangunan umat yahudi ini keliatan agak aneh dalam nuansa modern. Dibilang bahwa bangunan ini mengambil contoh biara orang Israel permulaan. Satu gudang tembakau yang mengecoh saya adalah YENIDZE, pertama melihatnya saya mengira ini adalah mesjid karena arsitekturnya demikian. Feeling saya melayang ke negeri Turky, ketika membaca nama Yenidze ini. Nyatanya saya salah. Dengan gaya Neo-Oriental, tempat ini kini bukan hanya jadi kantor tapi juga restaurant. Sementara di bagian kota modern atau Neustadt, dimana memajang sisi modern kota Dresden. Langkah kaki kita kesana dimulai dari Neustädter Markt dimana terdapat patung emas kaisar Augustus dengan kudanya, ‘Golden Horseman.’

Jika sudah begitu, benar kan kataku? Susahnya menepis godaan Si Elbflorenz!

Anda patut datang dan menikmatinya. Apalagi kota ini terkenal dengan kue khasnya,"Eiershecke."


valentino for http://anakflores.blogspot.com

Jalan - Jalan Ke Praha (Czech Republic)



Praha 
Kota Fairytale Yang Sesungguhnya
















Sapphire light mingles with deep red violet
Rolled out behind the spiky black twin towers
Like a futuristic vision.
My neck aches from bending backwards
My soul leaps forward to embrace them.
Evening comes to Prague

Like a dark,
warm wool blanket

That wraps a weary traveler's body
At the end of a long journey.


Perhatikan sepatu anda. Jangan-jangan pelindung kaki anda itu bermerek Bata.Lihat botol kaca minuman anda. Jika tidak salah, bir yang anda minum adalah bir bertitel Pilsener.
Kalo boleh tanya, kristal apa yang paling tersohor? Kemungkinan besar jawabannya adalah Kristal Bohemia.
Dan, apakah Anda penggila sepak bola? Kalau begitu, sudah tentu Anda tahu siapa Pavel Nevded, atau Peter Czech.

Ya, anda mungkin tak asing lagi dengan nama-nama yang bercetak miring di atas. Tapi tahukah Anda dari negara mana mereka berasal?

Jawabannya: Czech.

Atau pabila anda anda masih merasa baru dengan nama itu, bagaimana dengan Ceko?
Yup, Czech Republik atau Republik Ceko adalah satu dari dua negara pecahan Cekoslovakia, yakni Ceko/Czech dan berikutnya Slovakia.


Praha yang adalah ibukota Czech, dulunya ia juga jadi ibu kota Cekoslovakia. Kota ini pun punya banyak nama seturut lidah siapa yang mengucapkannya. Ada yang bilang Praha, ada pula yang sebut Prag, yang lain memanggilnya Prague, tapi ada juga bilang Praga.

Kota bermoto Praga Caput Rei publicae ini, seperti halnya ibu kota negara-negara di benua lainnya, ia telah melewati beberapa jaman dan revolusi. 

Apa yang ada pada dirinya sekarang adalah akumulasi dari serangkaian pahit-manis sejarah negaranya. Mulai dari 200 tahun sebelum Masehi ketika kota ini sudah jadi incaran beberapa ras besar masa itu seperti Celts-Arya Jerman-Slavs-Avars Eurasia, Kepemimpinan kaum Bohemia (Charles-Wenceslas), Perang 30 tahun, PD I - Berdirinya Rep Cekoslovakia, PD II-Nazi, Perang Dingin-Revolusi Velvet, hingga wajah Praha abad 21 ini.

***
Siapa menduga saya akan menginjakkan kaki ke Praha? Kota yang tak pernah terlintas di benak. Bahkan sebelumnya tak pernah pula terdengar namanya. Nasib memang tak disangka membawa kemana kita melangkah. Harus kuakui, di antara ibu kota negara-negara yang pernah saya kunjungi, barangkali Praha-lah yang paling menarikku untuk mendatanginya lagi dan lagi. Lupakan Roma, kendati saya pernah melempar koin pengharapan di kolam Fontana di Trevi. Singkirkan Paris, walau kerlap-kerlip lampu Eiffelnya membuatku relah ketinggalan kereta. Tepiskanlah Amsterdam, betapun kilau air dari kanal-kanalnya memberi ilham untukku menciptakan selaksa puisi. Inilah Praha, kesahajaannya, siapa pun akan melekatkan hatinya disini.

Berikut adalah kisahku, jalan-jalan ke Praha….ayo,Bos…































Seperti yang kutulis di atas, Praha itu asing buatku. Nama kota Praha baru terngiang-ngiang (ciehh….) di telingaku ketika satu dari temanku ( sesama orang Maumere, sebut donk, penting tuh.. ) menyambangiku di Bali. Dia bilang: “ Kamu harus coba ke Praha, kota itu sangat bagus…” Temanku itu punya kerabat, seorang pastor yang pernah singgah di Praha, dari cerita pastor itulah temanku jadinya bersemangat memberiku rekomendasi, hehehe...though he couldn’t gave me any kind of illustrations about this city at all...,


“ Pokoknya kota ini bagus. Nanti kamu check sajalah di internet,” demikian katanya lagi. Maka saya pun berminat untuk mengechecknya suatu saat. Memang saya menemukan banyak gambar bagus tapi karena bagiku kota ini tidak begitu popular, maka saya pun adem-ayem saja. Bahkan melupakannya dan berpikir untuk ke kota lain saja. Ke London, misalnya..hehe…

Dan memang ketika balik ke Hanover, saya dan familyku berencana ke London, sialnya dari fernsehapparat tersiar kabar bahwa minggu-minggu ini kota London dihantam badai angin topan.

Lalu, sontak terpikirlah saya akan kota Praha. Untuk perjalanan kali ini saya ingin memakai bus wisata saja (istilah lainnya Jalan Darat, gitu..) langsung dari Hannover ke Praha dan dalam perjalanan yang cukup jauh dan akan membelah malam itu, penumpang bakalan sekali menginap di Dresden, kota di Jerman yang berbatasan dengan Czech (dulunya Cekoslovakia). 


Wes, maka jadilah petang dan pagi hari, bus pun tereservasi. Namun….saat mendekati hari H, saya dapat e-mail dari travel bus itu, katanya penumpang dari Hannover hanya diriku seorang, so bus tidak akan datang ke Hannover, saya pun disuruh ke Leipzig. Ha?? Gila apa?!! Saya sudah bayar, masa, saya ke Leipzig lagi pakai biaya transport sendiri?? Berapa ratus kilometer? Überhaupt Nicht. Nein Nein Nein, Vielen dank. Keluargaku pun lebih memilih agar uang dikembalikan. Saya batal pakai bus dari travel itu.


Terus??? Apakah kota Praha tak jadi saya kunjungi? (...Mmmmm…kalo tak jadi ke Praha, mana mungkin artikel ini nongol?).



Bertemu Polisi yang Baik Hati
























Keputusannya saya tetap jadi jalan-jalan ke Praha. Dan pakai mobil.

Begitu keluar dari Dresden, nuansa Eropa Timur mulai terasa, walau negara Chezh sendiri mati-matian menyebut diri mereka Eropa Tengah. Apa bedanya? Toh situasi alam, infrastruktur, bangunan amat mirip dengan gambaran negara- negara Eropa Timur. 


Kami pun mendekati kota Praha. Sekarang mata mulai mencari-cari petunjuk ke mana arah menuju hotel yang saya booking via internet. Dari keterangan yang ditulis di internet kami harus mencari daerah bernama Vasatkova. Sudah keliling semua bahkan masuk ke pusat kota, sama sekali tidak ketemu petunjuknya. Teringatlah saya akan sebuah pepatah: malu bertanya sesat di jalan. 

Jadi akhirnya saya pun beberapa kali menghentikan mobil dan menanyakan alamat hotel. Anehnya, orang-orang malah menyebut satu nama baru. Bukan Vasatkova tapi Cerny Most. Hotel itu adanya di wilayah Cerny Most. Kami pun ikut. Ujung-ujung bingung. Buntu. Wah, bagaimana ini?. Mana lagi tidak ada plang dari hotel itu, dan rasanya saya sudah tidak kenal lagi posisi kami berada pada arah yang mana dari pusat kota. Di saat bingungnya, saya melihat sebuah adegan (film kaleee….) di perempatan jalan, dimana seorang tua dituntun menyeberang jalan oleh dua polisi yang rela turun dari mobil patrolinya. Otakku langsung berpikir positif. Jika kelakuan polisi sebegini baiknya, barangkali kami bisa ditolong. Dengan harapan itu kami mendatangi polisi tadi. 

Dan, benar saja. Mereka bukan sekedar menunjukkan tempatnya, tapi dengan rela hati akan menuntun kami hingga ke hotel. Saya senang bukan kepalang. Jelas…Polisi-polisi yang baik. Seandainya di semua tempat sikap aparatur negara seperti ini. bayangkan, indahnya hidup. Akhirnya kami pun digiring seolah tamu terhormat. Nyatanya Vasatkova itu nama jalan bukan nama wilayah. Sampai di halaman samping hotel Bridge (http://www.praguehotelsonline.eu/de/Hotel-Bridge.html), mereka pun pamit.

Terima kasih, Pak Polisi….


Romantisme Kota Dongeng Ada Disini
Hari telah berangsur gelap, kamar saya tidur berada di lantai 10 dengan jendela lebar dan view yang terasa nyata dari ketinggian. Cerny Most adalah bagian kota yang menjadi pusat hunian masyarakat. Disini banyak sekali apartment-apartment.

Mengetahui kenyataan bahwa posisi hotel ternyata cuma dua ratus meter dari stasiun kereta, dan bahwa dari hotel ke kota hanya memakan waktu 15 menit pakai kereta, saya pun antusias. Tidak pakai istilah capek, cukup melepas lelah beberapa menit kami cabut ke pusat kota.

Lebih senang lagi ternyata harga ticket keretanya murah. Bukan hanya ticket, harga hotel kami pun terbilang murah untuk penginapan di dekat jantung kota. Nilai mata uang Czech, Krone, ternyata dibawah Euro. Baguslah, tapi sayang, satu-dua tahun ke depan Czech akan mengganti Krone dengan Euro, negara ini memang sudah bergabung dalam Uni Eropa sejak tahun 2004, hanya saja selama ini mereka masih memakai mata uang mereka.

Masuk ke kota dan menyaksikan keindahan tata kota dan bangunan-bangunan tuanya, terutama saya cukup terpesona dengan tower-tower tua yang ada di jalan-jalan kota. Dimana kendaraan melewati lubang antara kakinya. Pantaslah kota ini dijuluki "City of 100 towers". Kota ini juga dikenal dengan sebutan “The Heart of Europe” karena pada masa jayanya kota ini mengundang minat banyak bangsa di Eropa, bahkan Praha pada awal abad 20 menjadi kota yang paling pesat pembangunan ekonominya. Ada lagi julukan lain, yakni “Kota Emas,” itu pun tak lepas dari kejayaannya. Jual beli barang berharga amat marak di era pertengahan. 

Hingga kini pemandangan sebagai kota emas itu masih bisa kita temui karena Praha menjadi kota yang paling banyak memiliki toko perhiasan, keramik, porselen. Dimana-mana di pusat kota etalase-etalase toko bertaburan emas-intan-berlian. Sejarahnya memang luar biasa, di kawasan bukit Hradcany /Hradschin, di belakang cathedral Vitus dalam naungan Prazsky Hrad ( Benteng ), terdapat gang kecil yang disebut Golden Line atau jalan emas karena dulu disini bermukim para pedagang dan pengarajin emas.

Praha adalah salah satu kota tua di Eropa yang sebagian bangunannya masih asli dari abad ke-14, bahkan ada juga yang sudah berumur lebih dari 700 tahun. Negara ini bisa disebut beruntung karena sebagian besar bangunan bersejarahnya tidak rusak saat pecah Perang Dunia II sehingga tempat ini menjadi salah satu pusat kebudayaan arsitektur Eropa yang tidak ada bandingannya.

Perkembangan zaman dan modernisasi juga tak lantas membuat bangunan kuno di Praha dihancurkan untuk diganti dengan gedung-gedung pencakar langit yang menjadi ciri khas kota metropolitan dunia. Bahkan pusat kotanya yang berupa bangunan bersejarah dari abad pertengahan dilindungi oleh UNESCO.

Salah satu bagian kotanya adalah Staré Mesto (kota tua) yang pusatnya berupa alun-alun kota atau lebih dikenal di sini sebagai Staromestké námestí. Di sekitar alun-alun ini terdapat beberapa bangunan klasik yang unik. Saya suka tempat ini, apalagi ketika ada perayaan-perayaan besar atau keagamaan (mayoritas Katolik), warga berkumpul untuk menyaksikan beragam hiburan, menikamati berbagai jajanan. Mmmm…ngomong-ngomong masalah jajanan disini, saya punya pengalaman jelek yakni ditipu orang. Ceritanya, saya tergoda sama daging sapi panggang yang dijual disini. Setelah pesanan saya jadi, eh..tiba-tiba harganya jadi lain, padahal terang-terang saya baca kalau harganya tidak 2 kali lipat. Syukur, dagingnya enak, walaupun dongkol karena ditipu saya cuma mengumpat dalam hati. Mudah-mudahan suatu saat dia dibalas 10 kali lipat! Sialan!

Di antaranya jam kota (Orloj na Staromestkém námestí) yang sudah berumur lebih dari 600 tahun dan masih berfungsi sampai sekarang. Anda boleh menghabiskan waktu kemana pun di kota, tapi jangan bingung ketika jam 6 sore orang-orang berbondong ke alun-alun tepatnya ke depan sebuah jam dinding klasik bernama jam astronomi. 

Pada jam 6 sore, jam kebanggaan warga Praha yang dibangun bergaya Gothic ini memiliki patung 12 Rasul Kristus yang bergerak berputar bergantian. Lucunya, kejadian ini berlangsung amat singkat, cuma 7 menit. 

Di sekitar sini menjadi tempat tongkrongan yang asyik. Alun-alun kota. Ada beberapa gereja serta sinagoga spanyol. Sebut saja, Týnský Chrám, yang memiliki menara kembar dan terlihat begitu indah di malam hari, serta pintu masuk kota yang masih terawat seperti Prašná Brána.

Praha kota romantis, selevel Paris. Keindahannya mengundang Anda untuk melabuhkan diri kesini. Mungkin bersama pasangan tercinta, Anda bisa merayakan serta menemukan kesempurnaan cinta disini. Seperti kebanyakan kota-kota utama di daratan Eropa, sungai dan bangunan bersejarah warisan masa lalu merupakan pilar utama yang membingkai pesona sebuah kota. 

Maka jika Paris punya sungai Seine, Roma dialiri Tiber, London ada Thames serta Budapest ditembus Danube, maka Praha dilalui Vltava. Apalagi bila menemukan jembatan seindah Charles Bridge yang berhiaskan puluhan patung-patung. Anda akan berlama-lama disini, dan kendati Anda sudah menginjakkan kaki untuk kesekian kali di tempat yang sama, Anda akan ingin lagi. 

Suasana Jembatan Charles, yang khusus untuk pejalan kaki sepanjang 514 meter dengan lebar tujuh meter yang dibangun paruh kedua abad 14, sangatlah hidup. Para penjual cenderamata, seperti gantungan kunci dan lukisan dan drawing berjajar di sepanjang sisi kiri dan kanan jembatan. Mereka akan berdiri dengan tenang, tidak akan merecoki kita dengan rayuan atau paksaan yang bikin mangkel. Kerap kali grup musik pengamen bermain disini, sekelompok laki-laki dengan alat-alat musiknya akan menghibur serta memperdalam haru - biru disini dengan musik instrument khas Czech.


Sudah puas di Charles Bridge, naiklah ke bukit, ke kawasan Hradcany /Hradschin.
Eit…Anda akan menemukan kenapa kota ini saya sebut dengan kota negeri dongeng.
Jalan-jalan kecil mendakinya yang beralaskan bebatuan kuno, kesenyapan yang terkunci pada lorong-lorongnya, lampu-lampu pada dinding bangunan yang sinarnya berpendar remang, itulah yang akan menuntun kita pada baying-bayang negeri dongeng.

Bangunan utama bersejarah lain yang menjadi ciri khas kota Praha adalah Pražský Hrad (Istana Praha) yang saat itu merupakan kompleks pusat pemerintahan kerajaan terbesar di Eropa. Bangunan yang terletak di atas sebuah bukit ini sekarang digunakan sebagai istana kepresidenan. Di dalam lingkungan istana negara ini kita temui gereja tua yang berdiri dengan megah. Bangunan yang dinamakan Chrám Svatého Víta (Katedral Santo Vitus) ini dibangun pada abad ke-10 dan baru selesai sekitar 600 tahun kemudian. Kawasan dalam lingkungan istana ini penuh dengan berbagai bangunan bersejarah yang menarik untuk ditilik. Di tempat ini pula menjadi tempat yang paling tepat untuk melihat kota Praha dari atas. Luar biasa indahnya..

























Hampir semua bangunan utama atau bangunan penting di kota Praha merupakan bangunan tua bersejarah yang cantik dan masih terawat dengan baik. Termasuk juga gedung pusat kesenian dan museum pusatnya juga tidak kalah menarik. Národní Divadlo (Teater Nasional), Stavovské Divadlo (Teater Profesional), ataupun Národní Muzeum (Museum Nasional) juga merupakan bangunan dengan arsitektur klasik.

Kesenian khas Eropa seperti teater, opera, balet disajikan secara rutin. Begitu juga pertunjukan teater boneka yang menampilkan dongeng klasik Eropa seperti Pinokio, Cinderella, Romeo dan Juliet, Danau Angsa, dan sebagainya. Jadi, rasanya sayang sekali jika datang ke Praha tanpa menyempatkan waktu menyaksikan pementasan aneka kesenian khas Eropa di kota yang merupakan salah satu pusat kebudayaan Eropa.

Saya, dalam keterbatasanku, tak sanggup menjelaskan satu persatu. Jika seandainya kujelaskan, mungkin ini akan menjadi travel report terpanjang saya hehehe….


(18.Juni.2008)




Jalan-Jalan ke Nagekeo (Part 1)

Hawa Legawa  Kawa   MERESAPI KEBERSAHAJAAN HIDUP  SEBUAH KAMPUNG TRADISIONAL  DI PUNDAK GUNUNG AMEGELU, NAGEKEO-FLORES P ...