Jalan - Jalan ke Cinque Terre (Italia)


Cinta Terindah
Cinque Terre

Bila lima desa di tepian pantai Italia bersekutu dalam balutan nuansa
warna-warni cerah ditimpali lereng subur penuh anggur, 
bersiaplah untuk mabuk kepayang



D
alam tempo ralletando, seorang gadis berambut panjang sebahu menyudahi permainan saksofonnya. Notasi-notasi dari lagu Caruso usai diperdengarkannya  dengan apik, disambut tepuk tangan dari para audiens. Saya duduk di sela-sela penonton, pada puing kastil di ujung tanjung kecil, sembari menikmati senja menebar semburat jingga ke penjuru desa Vernazza. 

Di hadapan saya, di bawah tanjung ini, permukaan laut Liguria beriak-riak tersaput angin Mediterania. Sedangkan pada sisi kanan, tampak menara gereja Santa Margherita d’Antiochia menjatuhkan bayanganya antara bangunan berwarna cemerlang. Sore yang  begitu menawan.

Vernazza merupakan salah satu desa  Cinque Terre. Sebutan Cinque Terre atau “The Five Lands” sebenarnya tidak merujuk ke sebuah wilayah administratif-politik, melainkan ditujukan kepada lima desa di pesisir Liguria, yang memiliki kesamaan topografi serta gaya tata ruang pemukimannya.

Kelima desa itu meliputi Monterosso, Vernazza, Corniglia, Manarola, dan Riomaggiore. Semuanya adalah desa nelayan, yang masing-masing tersembunyi di celah-celah teluk serta tanjung di bibir pantai. Tidak ada lahan datar, daerah ini berbentuk tanjakan, menyebabkan rumah-rumah dibangun tersusun pada lereng tebing. Kemolekan lima desa ini dipicu oleh kondisi alam berupa lereng tebing itu,  mengingatkan saya akan Santorini di Yunani. Bedanya, disini cat rumah didominasi oleh gradasi warna kuning dan merah, bukan warna putih. Begitupun model bangunananya, lebih menyerupai apartemen bertingkat ketimbang kotak-kotak kecil ‘dug house.’

Meski menyolok dan jadi tujuan wisata idaman, Cinque Terre tetap tampil sederhana dan bernuansa khas pedesaan. Maklum, sebagian besar penduduk bermatapencarian sebagai nelayan. Sebagiannya lagi adalah petani kebun anggur. Jangan kaget soal anggur ini, sebab kendati terletak tepat di tepi laut, Cinque Terre merupakan ladang yang cocok untuk ditanami anggur. Bahkan kondisi ini menyebabkan citarasa anggur mereka lebih kuat, katanya, akibat kadar yodium serta unsur hara tanah yang tinggi. Penduduk menanam jenis anggur lokal yang dijaga turun-temurun, misalnya Albarola, Bosco, Vermentino, juga anggur putih purbakala bernama SciachetrĂ . 

Desa Corniglia yang imut berada di tanduk bukit. Untuk mendapati posisi tengah foto ini, saya memutari lereng tebing berjalan kaki.

Jalur kereta dengan hiasan kebun anggur dan tebing. Pada musim panen anggur, biasanya bulan Oktober atau November, pengunjung Cinque Terre diperkenankan untuk ikut serta memanen dan mencicipi anggur warga

Patung Dewa Neptunus pada tebing pantai dibuat pada posisi yang kian melengkapi drama alam Cinque Terre


KARENA DATANG dari arah barat (yakni dari kota Genoa), sebelum sampai di Vernazza, saya terlebih dahulu mampir di desa Monterosso. Dia adalah desa Cinque Terre paling barat. Dimonopoli oleh lereng, menyebabkan transportasi antar desa mengandalkan moda kereta api melewati terowongan dan kapal laut. Mobilisasi dalam pusat desa umumnya dengan berjalan kaki.

Di Monterosso terdapat lebih banyak hotel, pantainya pun agak lebih luas. Pantai Monterosso berbentuk kurva, berhias pulau karang dan pasir dari butiran kecil bebatuan. Sepanjang tepian pantai berjejer café maupun restoran, selalu ramai dikunjungi. Saya menyukai bagian ujung barat dari pantai ini lantaran ada sebuah karya monumental, yakni patung Dewa Neptunus, berukuran besar, menghadap ke samudra namun seakan-akan kesakitan menahan tebing yang mau rubuh.

Usai Monterosso dan Vernazza, saya beranjak ke Corniglia. Jarak antar desa kurang dari lima kilometer, waktu tempuh dengan kereta api berkisar lima menitan. Desa Corniglia agak lain, sebab walaupun menghadap ke laut tapi tidak benar-benar di tepi pantai. Desa ini berada di ketinggian, dan akses kesana dari stasiun dengan mendaki 382 anak tangga berbentuk zig-zag yang dinamakan ‘Lardarina’. Sebenarnya ada jalan aspal, namun semua pengunjung lebih suka menapaki anak tangga ini. Pasti demi memperoleh sensasi berbeda. 

Vernazza sesaat setelah matahari terbenam. Satu demi satu lampu-lampu dinyalahkan membuat desa ini tampak kemerahan.

Suasana di jantung desa Monterosso. Rumah-rumah kotak yang jangkung memberi keteduhan.

Salah satu penginapan di Cinque Terre. Sebaiknya ke sini bawa ransel jangan bawa koper karena banyak tangganya.
Meskipun bertebing cadas namun transportasi dengan kereta api yang menembus terowongan.

Manarola menjadi desa keempat yang saya kunjungi. Dia digadang sebagai desa paling tua. Mungkin karena itulah Manorala punya dialek sendiri, Manarolese, yang cukup unik. Dialek ini juga mencetuskan nama desa, yang semestinya Magna Rota tapi berubah menjadi Manarola (dibaca Manaea). Kata ini sendiri berarti ‘Roda yang besar’ merujuk pada roda kincir angin raksasa yang dulu ada di tengah-tengah desa. Manarola diberkahi topografi berbukit yang nyaris berdempetan. Sisi selatannya menghadap laut, terbentengi oleh bebatuan granit tebal. Ornamen alam yang menimbulkan kesan dramatis, terlebih saat matahari terbit maupun terbenam. Tak ayal, jauh sebelum kamera foto ditemukan, sejumlah  lukisan terkenal jaman dulu telah mengabadikan kepermaian desa ini. Sebut saja lukisan karya Llewelyn Lloyd ‘I ponti di Manarola (Jembatan Manarola)’ dan ‘Tramonto a Manarola (Sunset di Manarola)’.

Desa terakhir dari rangkaian Cinque Terre, yakni Riomaggiore. Lanskapnya menyerupai lembah kecil, berbentuk corong yang berujung ke laut. Dengan luas 11 km2, Riomaggiore tercatat sebagai desa paling luas se-Cinque Terre. Suasana disini lebih kalem, juga lebih sejuk menghijau. Cicit burung mudah didengar, pedestariannya bagus serta bersih. Via Colombo, jalan utama Riomaggiore diisi kafe, toko souvenir, juga penginapan yang hampir seluruhnya bernuansa klasik dan tidak superlatif ukurannya. Jika memilih salah satu desa di Cinque Terre untuk menetap, rasanya Riomaggiore cocok dengan saya. Atmosfernya lebih mirip tempat retreat. 

Manarola, desa di Cinque Terre yang terlindungi bebatuan granit. Tidak ada pasir di pantainya namun tetap fotogenik.



Gereja San Giovanni Batista di Riomaggiore, tempatnya sejuk dan adem


URUSAN PELESIRAN di Cinque Terre amat identik dengan Walking Trail atau jalur jalan kaki yang menghubungkan kelima desa. Bisa dibilang 80% wisatawan yang berpelesir ke Cinque Terre akan menjajal jalur-jalur jalan kaki ini. Karena telah menjadi tradisi dan terkenal, sejumlah media asing mengukuhkan Cinque Terre sebagai Best Coastline Hiking Trail inThe World.

Jalur trekking yang digunakan tak lain adalah jalur kuno yang sudah dipakai warga di masa lalu sebelum kereta api merambah Cinque Terre. Saya bisa membayangkan, bagaimana dulu orang-orang di lima desa bersilahturahmi. Karena Cinque Terre berada dalam kawasan Taman Nasional, maka kondisi jalurnya tidak banyak berubah dari tahun ke tahun. Diantara jalur-jalur itu, ada tiga yang paling diminati pengunjung, yakni Reggio Trail, Sentiero Azzuro Trail, dan Via dell’Amore Trail.

Jalur yang saya sebutkan terakhir, lebih spesial, dan digemari pasangan sejoli. Ya, nama Via dell’Amore berarti ‘Jalan Cinta.’ Panjangnya cuma 1 km tapi sajian viewnya amat menawan, menghubungkan Manarola dengan Riomaggiore. Ada bumbu-bumbu legenda romantis mewarnai jalur ini. Tak heran banyak orang mengatakan bahwa perjalanan cinta terindah mereka tercipta di Cinque Terre. Kalau sudah begini, saya hanya bisa menahan rasa iri karena datang sendirian. Duh!

Salah satu rute Walking Trail  berusia ratusan tahun untuk melihat panorama dari ketinggian




***
Tulisan dan foto-foto ini dimuat di Majalah BATIK, inflight magazine of Batik Air - Februari

Publikasi di Majalah inflight BATIK (Batik Air) - Klik link di atas untuk membaca versi PDF


12 komentar:

Anonim mengatakan...

Nice post. I was checking constantly this weblog and I am inspired!
Extremely helpful info specifically the last section :) I
care for such information a lot. I used to be looking for this certain information for a long time.
Thank you and best of luck.

Anonim mengatakan...

Hello, I enjoy reading through your article. I like
to write a little comment to support you.

Dilbar Sarasvati mengatakan...

jadi kepingin ke Cinque terre ini deh. kayaknya adem banget tapi gak kuat amat hiking..hehe
foto-fotonya cakepppppp..suka gaya menulisnya, bikin rileks yang menghayal.

chris djoka mengatakan...

Foto dan tuliaan MO'at yang selalu keren... sukses selalu

Anonim mengatakan...

Way cool! Some very valid points! I appreciate you
writing this post and the rest of the website is also really good.

Anonim mengatakan...

This is a topic which is near to my heart... Best wishes!
Exactly where are your contact details though?

Anonim mengatakan...

Hi there I am so grateful I found your web site, I really found you by mistake,
while I was searching on Bing for something else, Regardless I
am here now and would just like to say thank you
for a remarkable post and a all round entertaining blog (I also love the theme/design), I
don't have time to read through it all at the minute but I have saved
it and also added your RSS feeds, so when I have time I will be back to read much more,
Please do keep up the great work.

Anonim mengatakan...

It's remarkable to pay a quick visit this website and
reading the views of all colleagues on the topic of this post,
while I am also zealous of getting familiarity.

Anonim mengatakan...

Great post. I was checking constantly this blog and I'm impressed!
Extremely helpful info specifically the last part :) I care for such info
a lot. I was seeking this particular info for a long time.
Thank you and best of luck.

Anonim mengatakan...

I'm impressed, I must say. Seldom do I encounter a blog that's both
equally educative and entertaining, and let me tell you,
you have hit the nail on the head. The problem is an issue that not enough folks are speaking intelligently about.

I'm very happy that I found this during my hunt for something regarding this.

Anonim mengatakan...

Appreciate this post. Will try it out.

Anonim mengatakan...

Kalau naik Lion Air, selalu cari tulisan di majalahnya.hehe..SUKA SEKALI,BANG. Tulisannya santai tapi asyik dibaca, tambah cuakepp dengan foto-foto indah. IDOLA deh

Sulis

Jalan-Jalan ke Nagekeo (Part 1)

Hawa Legawa  Kawa   MERESAPI KEBERSAHAJAAN HIDUP  SEBUAH KAMPUNG TRADISIONAL  DI PUNDAK GUNUNG AMEGELU, NAGEKEO-FLORES P ...