Meradung Riung
Mendulang Riang
Bentangan padang rumput dan perbukitan eksotis, pulau-pulau kecil
dengan pasir putih dan laut bening kaya biota,
Tempat yang mampu menjadikan kita menyatu dengan semesta,merasakan alam, merasakan petualangan
Tempat yang mampu menjadikan kita menyatu dengan semesta,merasakan alam, merasakan petualangan
DUA JAM SUDAH lepas dari
Ende dan sekarang saya harus berhenti disini, bertanya memastikan arah. Sepeda
motorku parkir tepat di depan sebuah kedai sederhana. Seorang ibu dengan bibir
merah belepotan sirih pinang memandangku dari sela-sela jejeran toples plastik
berisi makanan ringan jualannya.
“Oh, ke Riung? Disini kampung Aegela, Nak. Langsung belok
kanan saja. Kira-kira 45km lagi sampai Riung,” jawabnya. “45km lagi? Wah,
bakalan lama nih,” keluh saya. “Tidak. Rutenya hanya menurun, tak ada banyak
belokan seperti dari Ende kesini tadi.”
Di Flores yang topografinya penuh gunung dan perbukitan, jarak demikian bisa memperpanjang durasi perjalanan. Apalagi seandainya bertemu jalur penuh lubang, apeslah kita. Jadi, meskipun si ibu mengatakan tak jauh, saya tetap risau karena waktu sudah di ambang sore sementara saya belum tahu mau menginap dimana nantinya.
Tapi
mau tak mau, saya toh menuruti kata ibu itu juga. Kembali mesin sepeda motorku
mengaum. Saya melewati pundak bukit dengan pemandangan padang rumput
dimana-mana. Jalanan memang semata menurun dengan kondisi aspal baik, cuma
sesekali saya harus menepi sejenak gara-gara truk dan bus besar yang lewat, mereka mengambil hampir seluruh badan jalan. Tak
masalah, justruh saya memperoleh kesempatan untuk merenggangkan kaki. Atau bila
lokasinya bagus, tak segan saya menghabiskan beberapa menit untuk memotret
sabana yang diselingi pepohonan. Saat-saat demikian saya merasa terlempar ke
dunia lain.
Aspal
mulus berakhir taktala saya memasuki wilayah Mbai. Jalanan mulai memaparkan
kontrasi menyolok antara debu kesoklatan yang beterbangan dengan sawah-sawah
nan teduh dan hijau. Saya berhenti dan bertanya beberapa kali kepada penduduk
sekitar, maklum tak ada marka petunjuk arah. Peribahasa ‘malu bertanya sesat di
jalan’ muncul terus di benak saya. Saya tak bisa untuk tak bersyukur, semenjak
memilih menjadi backpacker, keenggananku untuk berkomunikasi, sifat pemaluku,
maupun ketidakacuanku terhadap orang lain pelan-pelan tergerus. Saya yang
dulunya suka memilih ‘yang aman-aman’ kini telah terbiasa menghadapi resiko dan
bertaruh dengan nasib. Baik di negeri orang, baik di negeri sendiri.
Lepas
dari Mbai, ban sepeda motorku bergelinjang di jalanan berbatu. Bisa dibilang
inilah ‘Via Dolorosa’ menuju surga bernama Riung. Kurang lebih 15km saya musti merelakan badan saya
terombang-ambing. Anehnya, bukannya stress, saya malah tertawa kegirangan.
Barangkali andrenalin petualanganku termuntahkan disini.
Dalam kondisi yang dramatis seperti itu, saya dianugerahi pemandangan eksotisme alam. Bukit-bukit kecil indah bersapukan rerumputan pendek pada kakinya, ilalang seakan terpatri rimbun beserta pohon yang meranggas kekurangan daun. Saya menjejaki padang, berlari bagaikan koboi kehilangan kuda. Sewaktu nafasku tersenggal dan tubuhku terkapar di atas rerumputan, saya bertanya dalam hati ”apakah saya sedang berada di padang New Mexico Amerika atau Heysen Trail Australia?”
Langit telah merona, pertanda petang membayang. Saya mendapati
lagi jalanan dengan aspal yang landai dan mulus. Meski begitu, saya tak
menghentak gas sepeda motorku keras-keras karena rute yang saya lewati pun sama
sekali tak membebaskanku untuk berpacu secepat kumau. Disini banyak sapi dan
kerbau yang gemar memotong jalan. Sisi jalan yang ditumbuhi alang setinggi
badanku merupakan jebakan, dimana
hewan-hewan tersebut bersembunyi lalu tiba-tiba meloncat keluar tanpa kendali.
Sesekali petani melambaikan tangan ke arahku, melupakan beban yang menumpuk di
bahu. Saya menyetel musik country kesukaaanku,
pas rasanya melewati jalanan sepi ini, mendengarkan petikan gitar dan suara
berat dari Willie Nelson “On The Road Again”:
and I can’t wait to get on the road again……
goin’ places that I’ve never been
seein’ things that may never see again….
TEPAT JAM 6 SORE saya sampai di Riung. Sesudah melihat-lihat
satu dua penginapan, akhirnya saya memilih melabuhkan diri ke penginapan Pondok
SVD. Tempatnya sederhana namun cukuplah untuk bermalam. Saya berkeliling
sejenak ke area sekitar penginapan hingga ke dermaga, semacam inspeksi singkat
pengenalan lingkungan.
Makan malam, saya dikejutkan oleh fakta bahwa makan di Riung tak hanya mahal tapi juga mempunya gaya penyajian yang aneh. Semua warung dan restoran sama. Di Riung, nasi ikan artinya semangkuk besar nasi putih dan ikan sepiring. Titik. Tanpa secuil sayur atau lauk lain seperti nasi ikan atau nasi campur yang biasa saya dapatkan di warung-warung umumnya. Jangan coba minta diberi kua, sebab yang datang pun bakalan kua semangkuk besar dan harganya beda lagi. Alhasil saat bon datang, saya terbelalak kaget.
Makan malam, saya dikejutkan oleh fakta bahwa makan di Riung tak hanya mahal tapi juga mempunya gaya penyajian yang aneh. Semua warung dan restoran sama. Di Riung, nasi ikan artinya semangkuk besar nasi putih dan ikan sepiring. Titik. Tanpa secuil sayur atau lauk lain seperti nasi ikan atau nasi campur yang biasa saya dapatkan di warung-warung umumnya. Jangan coba minta diberi kua, sebab yang datang pun bakalan kua semangkuk besar dan harganya beda lagi. Alhasil saat bon datang, saya terbelalak kaget.
Keesokannya saya bangun pagi-pagi lalu ke dermaga. Tujuan saya yakni mencari informasi
perihal kapal motor untuk ekskursi mengunjungi kawasan wisata 17 pulau, jika
dapat, niatnya sekalian tawar-menawar harga. Saya bertemu dan berkenalan dengan
sepasang wisatawan asal Italia,
tujuan kami sama. Melalui silat lidah yang jenaka, saya berhasil memperoleh
harga yang pas ke salah satu pemilik kapal motor. Senangnya lagi, harga yang
saya cetuskan dibayarkan semua oleh pasangan itu. Jadilah saya menumpang
gratis. Oya, saya juga bebas bea masuk kawasan wisata. Saya tak tahu kenapa
bisa. Mungkin, saya dikira guidenya
pasangan Italia itu.
Berdasarkan kesepakatan, kami mengunjungi lima pulau. Itu
cukup untuk trip sehari, termasuk snorkeling
di tengah laut. Pulau pertama yang kami singgahi adalah pulau kelelawar. Wah,
saya takjub melihat ribuan binatang mamalia seukuran tikus kota ini bergelantungan
di ranting pohon. Kedatangan kami yang senyap berubah menjadi pekik tak
berkesudahan manakala juru mudi kapal menepukan tangannya. Hewan bernama latin Chiroptera tersebut pun berhamburan terbang
kesana kemari.
Pulau kedua membuat saya bagaikan tengah berbulan madu. Pasirnya
begitu putih bersih dengan lekukan yang bagus. Air lautnya berwarna biru hijau
dibayangi koral. Saya iri bukan main melihat kemesraan kenalan saya pasangan
Italia itu. Kami berleha-leha disana lantas lanjut ke pulau berikutnya yang
juga menawarkan pasir putih dengan keteduhan pohon-pohon kelapa.
Kapal digerakan agak ke tengah laut, tak jauh dari
pulau-pulau yang kami datangi sebelumnya. Saatnya kami snorkeling. Saya
antusias karena ini pengalaman pertama. Dengan sabar dan telaten, juru mudi
kapal kami mengajarkan cara penggunaan alat dan teknik bersnorkeling kepada
saya. Awalnya saya kesulitan, tak terbiasa bernafas lewat mulut melalui selang,
alhasil saya terus tersedak dan megap-megap kehabisan nafas. Dasar keras
kepala, saya pantang menyerah mencoba menyesuaikan diri. Hingga akhirnya saya
mampu melesat hilir mudik di dalam laut, meletupkan semangat serta terpesona
pada kehidupan bawah laut. Ikan dan terumbu karang berwarna-warni. Sangat
spektakuler.
Di pulau keempat kami manfaatkan untuk makan siang. Saya yang
baru saja merasakan keajaiban bawah laut, lagi-lagi menceburkan diri segera
setelah makan. Bagusnya pulau ini dikelilingi koral, saya berkosentrasi
mengamati rupa-rupa model ikan dan terumbu karang. Ya, namanya juga newbie,
tentu saja semua terasa luar biasa bagiku. Terakhir di pulau kelima, setengah
jam saja saya mencelupkan diri, selebihnya saya hanyut dalam mimpi siang,
terbujur di atas pasir putih nan halus. Dalam belaian angin dan desir desau
ombak, saya mendengar kidung rindu, nyanyian Riung yang memanggil anak cucu
para pelaut ulung bangsa ini untuk mengunjunginya.
DUA JAM SUDAH lepas dari
Riung, saya masih merasa perutku tak perluh diisi apa-apa dulu. Ya, sarapan
pagiku tadi sedikit berbeda dari sarapan kemarin. Nasi goreng apa adanya
berubah menjadi nasi goreng campur sari. Meski masih dalam porsi jumbo, tapi
yang penting tak sekedar nasi yang dibaluri minyak. Sepulangnya dari eksursi di
pulau-pulau kemarin sore, saya memang ‘curhat’ ke tukang masak penginapan
perihal makanan.
Saya tersenyum. Kini sepanjang jalan menuju Bajawa, giliran
pohon-pohon bambu membungkukan badan, seolah memberi salam bagi setiap yang
berlalu di bawahnya. Saya mengenang hari-hari sebelumnya, tentang perjalanan
membela padang rumput, tentang tubuh yang tergoncang batu jalanan, tentang
pulau-pulau dan laut mempesona. Saya
telah merandung Riung, dan mendulang riang disana.
PS: baca juga kisah jalan-jalan ke
kota Bajawa).
MARI MENDULANG RIANG DENGAN JALAN -
JALAN KE RIUNG!
FAKTA: Kawasan wisata 17 Pulau Riung adalah gugusan kepulauan yang tak
dihuni manusia dan dilindungi pemerintah. Terletak di pesisir utara Kabupaten
Ngada- Flores, nama “17 Pulau” dipakai kawasan ini sebagai pengingat tanggal
kemerdekaan Indonesia sebab jumlah pulau sesungguhnya melebihi 17 buah. Selain keindahan pantai dan
biota bawah lautnya, beberapa pulau di kawasan ini juga menjadi tempat huni
bagi reptil purba Komodo tapi ukurannya
lebih kecil.
HOW TO GET THERE: Penerbangan
domestik dari Jakarta menujuh bandar udara Ende maupun Bajawa. Kemudian dengan
mobil atau sepeda motor dari
kedua kota tersebut memakan waktu ± 3 jam ke Riung. Opsi perjalanan laut
yakni dengan ferry Pelni tujuan pelabuhan Marapokot Mbai atau pelabuhan Ipi
Ende (check www.pelni.com).
WHERE TO SLEEP: Penginapan
Pondok SVD (mulai Rp. 150.000) kontak 081339341572/ 081339467082, Bintang
Wisata Hotel & Restaurant (mulai Rp.
150.000) kontak 081339164404, Nirvana Bungalow (mulai Rp.
175.000).
LAIN-LAIN: Penyewaan kapal
motor menujuh pulau-pulau bisa diperoleh di dermaga Riung. Lakukan negoisasi
untuk harga yang bagus serta durasi trip (mulai Rp. 150.000/dua orang, tidak
termasuk tiket ijin kapal dan makan siang, kontak Abry 082147742900). Tiket
masuk kawasan wisata Rp. 2000/orang domestik, tiket ijin kapal Rp.
25.000/kapal.
Listrik di Riung hanya beroperasi jam 18 petang hingga subuh,
manfaatkan itu untuk mencharge baterei
ponsel atau kamera. Untuk komunikasi via ponsel, hanya aktif jika menggunakan
kartu Telkomsel (AS atau Simpati).
- SEMUA PHOTO ADALAH PRODUK PRIBADI
13 komentar:
Mas valentino, membaca tulisan ini membuat sya sedih. Sedihnya karena 3 tahun lalu sya dan pasangan ke Riung tapi waktu itu hujan melulu sehingga ga bisa nikmati alamnya, padahal kita dah korbankan waktu (dan kondisi jalan yg tragis). Mungkin nezt time deh, harus memperhatikan cuaca juga biar gak kecewa saat liburan. Foto-fotonya sangat memikat, liat ulang-ulang gak bikin bosan.:) Good job.
Salam dr Bandung
Anto & Winda
Tempat yang indah.
Ingin sekali menikmati tempat yang Bro telah nikmati. Gua suka gaya loe,Bro!
Beautiful Photos. lanjutkan....
warna-warni alam nan dasyat. salut atas semangat pengembaraanmu,Bro.
Gila! Indah nian alamnya. ga di darat, ga di laut. Flores memang indah, Indonesia memang luar biasa. Mari kita jaga bersama.
Salam Cinta Indonesia
Sy sempat memandangi daerah dri penerbangan sy ke Flores....
Secara khusus, sy mengakui keindahan Flores krn dia adalah pulau yg punya jejeran pegunungan vulkan aktif paling banyak di Indonesia. Terbang di atasnya sprti terbang di film2 imajinatif....
Bagus alamnya, saya 50% orang NTT tapi belum pernah kesana, malah bangga kalau bisa keliling dunia, memalukan...tapi itu fakta, buat banyak orang juga yang lebih suka plesir ke Singapura daripada melongok keindahan alam Nusantara. Mari kita mulai daerah2 wisata lokal yang tak kalah indahnya dengan wisata luar.
Salam kenal.
Nanik Trickey, Seattle Washington
Good article! Thank you so much for sharing this post.Your views truly open my mind.
[url=http://www.longchamp2012.com] [longchamp outlet|longchamp bags|longchamp handbags|longchamp sale}[/url]
keren bgt pengambilan potonya,,amazing,,
salam kenal kakak beta ada add nyong punya fb and mampir ke blog beta yah :)
Bang,,, Bolehkah saya mmpromosikan ke teman2 saya lewa FB tentang ini?
Abang,, Mohon ijin tuk bagi2 info Keindahan Flores yg sdh abang abadikan ini ke teman2 saya.. Boleh yaa...??
Halloo Robert, pastinya boleh..
ga nyangka bangettt, foto2 Riung yg keren2 sering muncul di web2 luar ternyata hasil jepretan putra Flores...bnr2 jadi inspirasiii..
Hi.. Valentino luis, saya plan akhir jul14, kesana, saya dengar flores indah sekali, foto2 padang savana sore hari ya?
Klo dr ende, bajawa dlu or riung dulu? Berapa jarak nya kira2? Thank you
Posting Komentar