-------------------------------------------------------------------------
Pulang kampung dan tanpa pekerjaan itu menyedihkan! Terlebih lagi bila salah satu impian besar Anda dibuat beku oleh kejadian di luar ekspetasi. Sadar bahwa masih ada terlalu banyak hal di sekitar yang bisa dialami dan dinikmati selama menyusun Plan B, saya melakukan petualangan keliling Flores dan mengunjungi pulau-pulau di sekitarnya, seperti Lembata, Adonara, dan tentu saja Komodo. Dari usaha meraih puncak gunung hingga menyusup lautan biru, ditemani sepeda motorku “Schnelli” (Kau hebat, Sayang!).
Pahit manis perjalanan juga sedikit permenungan coba kutulis dengan perspektif naifku, seorang Flores yang berusaha bersikap netral. Sunggu maaf, jika kata-kataku dalam kisah berikut menyinggung perasaan atau terbaca ironi atau dirasa menyepelekan beberapa hal yang dikultuskan di Flores. Hanya debulah aku!
Aku dan Smith membicarakan tentang mimpi idealis dunia wisata Flores seraya bermain-main dengan pasir putih pulau Pangabatang. Karena namanya mimpi, maka isinya pun muluk-muluk. Lantas berpuncak pada perdebatan tentang pantai, pantai-pantai manakah di sekitar Maumere yang terbaik. Urutan pertama haruslah yang paling bagus dari segi estetika alam. Kami sepakat bahwa definisi utama sebuah pantai indah adalah pantai dengan pasir berwarna putih. Dengan sendirinya beberapa nama langsung dicoret hanya karena warna pasirnya hitam. Setelah mengurai plus minus masing-masing nominasi, akhirnya didapatlah Top 5 Beaches around Maumere versi V & M (inisial nama depan kami, bahh…!!):
1. Coca Noo Cola Beach…Oh tidak, jangan bercanda! Nama sesungguhnya adalah Koka Beach. Sekitar 50 km dari Maumere, satu rute menujuh Ende tepatnya di Paga. Percayalah, tiba disini kita akan melupakan segala pantai yag pernah kita singgahi lantaran topografinya nan indah dengan pantai yang lebar, pasir putih bersih, tebing-tebing terjal pada dua teluk beda nuansa. Sebuah pulau karang kecil dihuni ular karang, konon warga lokal menskralkan hewan melata itu. Pantai Koka berjarak 1 km dari jalan raya, meski bisa dicapai kendaraan namun belum ada aspal hot mix. Thanks God! Come On, do trekking. Hidup di negara berkembang memang kerapkali membuat addicted terhadap benda mati tapi sadarlah gadget seperti mobil, sepeda motor, handphone, dll bisa merusak fungsi kemanusiaan kita. Jangan cengeng.
2. Tanjung Kajuwulu atau jika mau sedikit hiperbolis namakanlah Cabo das Cruz merujuk pada salib putih besar yang bertengger di atas bukit sana. Lokasi ini dramatis. Ritual pertama adalah menapaki anak tangga, Tangga Seribu namanya, menujuh ke atas ke salib putih besar. Yang anda rasakan tentu saja capek, pegal dan ngos-ngosan! Namun rewardnya adalah pemandangan menawan ditopang keadaan alam perbukitan yang dimonopoli padang rumput savana. Hembusan angin akan mengeringkan peluh serta membuat sadar bahwa kita baru saja ‘menaklukkan sesuatu’. Pasir putih ada di kaki bukit, maka turun menujuh pantai adalah ritual kedua. Gulungan ombak kecil tipikal perairan utara ditimpali laut yang turquoise bening tentu mengajak untuk membenamkan diri. Berada di sebelah barat pada jarak yang gampang dijangkau dari Maumere, Tanjung Kajuwulu itu tempat yang menawan, c’est un endroit charmant, kata orang Perancis.
3. Pulau Pangabatang. Terlepas dari kenyataan bahwa kita harus menyeberangi lautan, be positive, rasa cinta terhadap Indonesia yang Jalasveva jayamahe akan tersegarkan. Malah karena harus menyeberangi lautan itulah tempat ini mempunyai poin lebih. Toh kita hanya butuh 15 menit menggapainya dengan perahu, bukan berenang bebas kan? Lagipula menerawangi isi laut saat berada di atas perahu adalah sensasi tak terbayarkan. Dan pantainya…, pantainya itulah yang membuat ia masuk daftar kami. Hobby snorkeling? Coba disini, tepatnya di sisi utara pulau. I’ve proved it!
4. Sikka Beach. Secara ukuran, pasir putihnya tidak luas. Celakanya, jika berdiri di dermaga yang telah rapuh, kita justruh tergoda untuk memijak pasir laut selatan. Just do it. Berdirilah disitu dan bayangkan bagaimana dulunya kapal-kapal bermula dari sekedar noktah hitam lantas perlahan menunjukkan wujud, dan ternyata penumpangnya adalah orang-orang kulit putih tapi dekil yang telah menghabiskan waktu ribuan hari mengitari bumi: bangsa Portugis!
Sedikit tips, ikuti jalan ke arah timur yang mendaki, pada ketinggian nantinya menghantar kita pada view lain, kampung Sikka dengan maskot gereja tua warisan Portugisnya beserta rangkaian perbukitan nun jauh di barat. Jika datang kesini di masa Natal, mungkin bisa menikmati sebuah pertunjukan sendratari tua peninggalan Portugis Toja Bobu yang mengisahkan usaha seorang Prinseja (bah. Portugis: Putri) menemukan jodohnya. Atau jika datang di masa Paska, dapat melihat sebuah prosesi duka sengsara Kristus “Logu Senhor,” yang juga adalah warisan bangsa pengeliling dunia itu. Mengecapi view dari ketinggian tersebut dengan dibumbui langit yang memerah beserta awan di penghujung hari mungkin melesatkan kita pada permenungan tentang penjelajahan dunia, atau setidaknya dalam perjalanan kita kembali ke Maumere.
5. Berat meletakkan posisi ke-5 ini untuk sebuah pantai bernama Doreng Beach. Berada di pesisir selatan, pantai ini membentang lumayan panjang. Memberikan ruang lapang, punya pasir putih yang bersih. Kontrasi antaran laut dan langit, berujung penetrasi rasa hampa yang melegahkan. Ah, seandainya saja untuk menikmati Doreng Beach kita tidak perluh menghabiskan waktu berjam-jam dalam perjalanan. Atau dikejutkan oleh keadaan jalan yang tidak menentu (sebentar jalan mulus lalu tiba-tiba dihadapkan pada lubang menganga, sebentar landai lalu tiba-tiba bertemu tanjakan/turunan curam). Tapi bagi para pemburu keindahan alam, ungkapan ‘selalu ada duri di pohon mawar’ adalah amunisi. Satu peribahasa yang bisa jadi vitamin untuk menaklukan rintangan.
SEMUA FOTO ADALAH MILIK PENULIS
(Baca juga tulisan sebelumnya.........)
href "maumere"
4 komentar:
cool....!
halo mas Valen, salam kenal..
saya Ricco, wah sungguh2 bersyukur sekali saya bisa ketemu blog mas..
bulan depan tanggal 1-20 Juni rencananya saya mau solo traveling ke NTT, overland dari Jakarta sampai Lombok, kemudian ikut Sailing Trip ke Komodo lalu lanjut overland lagi dari Labuan Bajo sampai ke Kalabahi di Alor, lanjut menyeberang ke Timor dan Rote serta pulangnya dari Kupang ke Jakarta by flight Sriwijaya Air yang sudah saya booking..
ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan, mungkin mas Valen bisa membantu? karena saya sudah coba googling masih minim sekali informasi yang saya dapat, khususnya tentang Alor..
1. mengenai penyeberangan dari Lewoleba - Kalabahi dan dari Kalabahi - Atapupu itu ada setiap hari apa saja ya? tarif dan perjalanannya memakan waktu berapa lama? mungkin mas Valen tau..
2. OMG damn! soal pantai2 di Maumere.. jujur awalnya saya tidak ada plan untuk stay di sana, hanya lewat saja dari Ende langsung menuju Larantuka untuk menyeberang ke Lembata (mau ke Lamalera), tapi setelah liat foto2nya, hadeuuuh.. kayaknya harus direschedule nih, sayang kalau dilewatkan! hehehe..
transportasi menuju ke pantai2 tersebut bagaimana ya? adakah penyewaan sepeda motor dan rekomendasi penginapan yang murah di Maumere?
3. untuk di pulau Rote, jadi bingung juga lebih baik stay di Ba'a atau Nemberala ya? yang biaya hidupnya paling murah dan akses untuk explore keliling pulau lebih mudah, hehehe..
demikian mas Valen, maap sekali banyak tanya, hehe..
semoga mas bisa membantu, sangat ditunggu sekali reply nya..
regards, Co.
Malam Abang Valen, salam kenal.
Saya Kiki, tanggal 2 Nov nanti saya berencana akan berangkat ke maumere sebagai fasilitator program pengembangan wisata di maumere (selama sebulan). Saya ingin tanya, adakah rekomendasi penginapan yang aman dan murah, serta transportasi seperti ojek?
Malam Abang Valen, salam kenal. Saya Kiki. Tanggal 2 Nov nanti saya berencana berangkat ke Maumere (Sikka) untuk menjadi fasilitator selama sebulan. Ingin tanya mengenai rekomendasi tempat menginap yang aman dan murah, serta sarana transportasi seperti ojek. Terima kasih.
Posting Komentar