Jalan - Jalan Ke Dresden (Jerman)


















DRESDEN:

Susahnya Menampik Godaan
Si ElbFlorenz...!

Millions uncounted in fallen formation
yet all justified.
The crux of it--Deep, then, in the darkness of your Dreaming…
remember that center-flower, then--
even when you in your loveliness look alone,
somehow it goes beyond sieges, Plans,
decrypting messages and Fate.
enterprising young man,
never before…yet now. Like all that softness and over still.
My Dresden


SEBUAH paragraph pernah tertulis begini: ….”With a pleasant location and a mild climate on the Elbe, as well as Baroque-style architecture and numerous world-renowned museums and art collections, Dresden has been called "Elbflorenz" (Florence of the Elbe)”……….

Mungkin pabila Bos membaca kalimat ini, Bos akan mengerti kenapa saya memberi judul travel report ke kota ini dengan julukan ‘Si Elbflorenz’. Sejujurnya gelar itu sudah berkumandang puluhan bahkan ratusan tahun sebelum saya lahir.

Ini bukan imajinasi saya.

Saya bukanlah pribadi pertama dan satu-satunya. Seorang penyair bernama Herder-lah yang pertama menghembuskan julukan itu: Florenz di Elbe. Memang tak perluh diperdebatkan lagi julukan demikian sudah pantas disandang kota yang di lidah orang Ceko menyebutnya Drážďany dan orang Polandia menyebutnya dengan Drezno ini. Orang akan mengingat sebuah kota hebat di Toskana, Italia sana. Dimana tempat lahirnya seniman-seniman besar negara Azzuri itu ( lebih tentang Florenz, baca tulisanku sebelumya: Jalan-jalan ke Italia).












ELBE adalah sungai besar yang melewati kota Dresden. Yang jika menelusuri alirannya, setelah Dresden, sungai ini akan membelah diri menjadi tiga, pertama ke sebelah timur Ore Mountains yang nantinya terus menujuh selatan. Belahan kedua sungai ini yakni ke lembah curam Lusatian yang akan terus menujuh utara. Dan belahan ketiga ke Elbe Sandstone Mountains yang bakal bersusur menujuh timur.

Well, Apa saja yang bisa Bos nikmati di kota yang berjarak 200km dari Berlin ini?

Mari ikuti saya, kita jalan – jalan ke Dresden…

SEBAGAI kota terbesar ke-empat di Jerman (setelah Berlin, Hamburg, dan Köln), Dresden mengklaim diri sebagai salah satu kota terhijau di Eropa. Ini karena ia memiliki kawasan hijau kota sepanjang 50km dan diberi nama Dresdner Heide.


Dari Hannover saya meluncur jam 3 sore.

Planning akan menginap di daerah luar kota. Namanya juga backpacker. Tapi tempat menginap saya cuma 15 menit kok dari pusat kota. Buat saya, ini sebuah kemudahan, selain tentu saja biayanya jadi billiger, ketenangan juga dapat dirasakan. Terus terang, walau masih muda tapi saya bukan type orang yang suka berada di lingkungan yang hiruk-pikuk seakan tak pernah mengenal tidur. Tiba di Dresden sudah gelap, kira-kira jam 9 malam.

Gara-gara sempat terjebak macet, apalagi kalau keluar rumah jam 3 sore adalah jam pulang kantor, bertepatan lagi akhir pekan dimana hampir semua orang mau menghabiskan waktu untuk pergi berlibur di luar kota. Itulah Jerman, negara yang penduduknya gemar melakukan perjalanan. Setelah sampai di pension, saya pun istirahat sambil bembolak-balik beberapa majalah tentang kota Dresden.


PAGI-PAGI benar jam 6 saya sudah siap ke kota. Hari cerah, udara cukup hangat. Saya yakin akan sangat menyenangkan hari ini. Bagi saya waktu pagi-pagi adalah saat yang tepat untuk datang ke sebuah kota yang sudah terkenal dengan wisatanya. Soalnya, jika kita datang pagi-pagi, gerak kita lebih leluasa, tempat-tempat masih sepih dari tumpah rua pengunjung. Dan dengan suasana pagi yang cerah, rasanya sangat cocok pula untuk mengambil banyak foto.



FRAUENKIRCHE.

Memang benar, mobil langsung ke kawasan kota tua. Saya sudah sumringah dengan beberapa bangunan di depan mata saya. Kebetulan mobil kami parkir di dekat gereja Frauenkirche. Wah, asyik nih, masih sepih betul. Gereja ini amat cantik di pagi hari dengan bangunannya yang tertimpa cahaya matahari pagi keemasan. Masih terasa baru setelah rekonstruksi yang selesai tahun 2005 lalu, satu tahun sebelum Dresden merayakan ulang tahunnya ke-800. Ini merupakan an impressive symbol setelah rekonsiliasi paskah PD II.

Konsekrasi bangunan ini menarik minat seluruh dunia. Tercatat setelah kembali berdiri dari puing-puing kehancuran, Frauenkirche telah dikunjungi (pengunjung yang masuk ke dalam gereja) lebih dari 2 juta orang. Awal berdirinya gereja ini pada tahun 1726 seturut design George Bähr. Domenya yang berkarakter ‘Stone bell’ yang roboh pada tanggal 15 February 1945 dibawah hujan bom PD II. Sayangnya, hari itu pengunjung tidak bisa menikmati keindahan interior gereja yang amat penting bagi umat Protestant Jerman karena gereja dipakai untuk pernikahan. Tapi, saya tetap tidak menyesal karena dengan ticket seharga 5 Euro saya bisa naik ke atas menara dan menikmati kota Dresden dari atas kubah. Nah, pas turun dari kubah, saya sempat melongok interior bangunan ini. Karena dibatasi kaca, saya sempatkan mengambil foto sebagian ornamen ceiling gerejanya.

BAGUSNYA lokasi ini dikitari oleh banyak sekali bangunan bersejarah yang bagus. Di belakang kanan gereja terdapat pasar souvenir dan kafe yang menarik. Lalu terus berjalan ke belakangnya ada bangunan yang dindingnya penuh dengan lukisan yang indah berwarna kuning-abu-hitam. Lukisan bercerita tentang masa-masa kerajaan jaman dulu. Augustustrasse, di mana mural porselain bernama ‘Procession of Princess’ berdiri megah sepanjang 102 meter.


CATEDRAL DRESDEN. Dikenal juga dengan Dresdner Dom, tempat ibadat umat Katolik ini kental bernuansa Barok yang diotaki oleh seniman Italia, Gaetano Chiaveri dari tahun 1738-1754. Sekaligus menjadi gereja terbesar di negara bagian Saxony. Memasuki bagian dalam gereja ini, saya begitu terkesima dengan ornament hiasan yang mewah, sebut saja Mimbar Roccoto yang dibuat Balthasar Pelmoser, organ indah karya Silberman Gottfried, serta Pieta Dresden gaya China yang adalah buah cipta Friedrich Press. Di bagian bawah tanah, kita bisa menemukan sarkofagus kaum Wettins lalu sebuah kotak yang katanya berisikan jantung raja Augustus.


SATU lagi gereja di Dresden yang sudah sangat popular di Jerman adalah gereja KREUZKIRCHE, yang bernuansa perpaduan gaya Barok terakhir dan gaya Clasistik permulaan. Dibangun pada tahun 1764-1800, Kreuzkirche punya reputasi bagus dengan paduan suara anak-anak dan remaja “Kreuzchor.” Bagi anak-anak Dresden, menjadi anggota paduan suara ini adalah sebuah prestasi luar biasa, apalagi jika terpili menjadi solois. Sebuah tradisi yang telah berlangsung selama lebih dari 700 tahun.

Petunjuk lain bahwa Dresden punya nama besar di bidang musik gereja adalah relief sandstone di Wedding Chapel yang melukiskan potret Heinrich Schütz, toko yang disebut-sebut sebagai ‘Father of German Music.’ Beliau adalah seorang Hofkapellmeister, ( pemimpin musik orkestra gereja) selama 55 tahun di Dresden. Oya, sama halnya dengan Frauenkirche, dari menara gereja ini kita bisa melihat kota Dresden dari atas.

MASIH di Altstadt, bagian kota tua, saya menemukan satu lagi mascot kota Dresden. Apalagi kalau bukan SEMPEROPER HAUSE. Halaman depannya berdiri patung kaisar dengan kuda tunggangannya. Bangunan ini amat lekat dengan kota Dresden. Nyaris, nama besar Dresden cukup diwalikan oleh gedung pertunjukkan musik opera ini. Semperoper adalah salah satu dari 5 gedung opera terbaik di dunia. Dibangun pada tahun 1838-1941 oleh Gottfried Semper, mengertilah kenapa gedung ini diberi nama SemperOper. Bangunan indah ini sempat pula dihanguskan api pada tahun 1869 lantas rebuilt lagi dari tahun 1871-1978 seturut gaya High Renaissance’s Gottfried oleh putra Gottfried sendiri, Manfred Semper.

TETANGGA dekat Semperoper adalah Der ZWINGER. Oleh Pöppelmann, bangunan luar biasa ini dibangun selama 18 tahun, dari tahun 1710 hingga 1728. Saking senangnya dan mau merekamnya dalam video, saya gelagapan setengah mati begitu tahu kaset Handycam-ku tidak ada yang kosong. Pontang-pantinglah saya mencari toko yang menjualnya. Sampai masuk ke Neustadt pun tidak ketemu, kebiasaan, kalau akhir pekan hampir semua toko pada tutup. Susur punya susur, adalah satu supermarket yang justruh amat dekat dengan lokasi kami sebelumnya. Wuih..hhh, tahu begini, kenapa mau mutar kota berlama-lama?

Bekerja sama dengan pemahat Permoser, Pöppelmann pada mulanya mendesain tempat ini sebagai sebuah orangery dan tempat perhelatan berbagai festival.

Kemudian hari menjadi tempat exhibition. Halaman dalamnya cukup lapang dan bagus untuk bersantai-santai. Lalu sebuah gapura di barat didesain serupa mahkota raja. Mewah dan anggun. Der Zwinger disebut-sebut sebagai contoh sempurnah arsitektur Late Baroque di Jerman. Sesuai dengan fungsinya kini sebagai tempat exhibition, tempat ini memiliki gallery dan museum, seperti Old Master Pictures Gallery, Armoury (Rüstkammer), Porcelain Collection, Zoological Museum, dll.


KOTA yang kini berpopulasi lebih dari 5000 jiwa itu, didirikan oleh bangsa Slavia yang mendiami sebelah timur Jerman dari abad ke-7 sampai abad ke-10. Kaum bangsa Sorbia yang sekarang tinggal di sekitar daerah sini, masih merupakan keturunan langsung bangsa Slavia yang pernah berkuasa di sini. Kota Dresden sendiri konon didirikan pada tahun 1206. Pada tanggal 26 dan 27 Agustus 1813 kota ini merupakan ajang pertempuran sengit pasukan Napoleon dari Perancis melawan pasukan Austria. Lalu pada Perang Dunia II, pada 13 Februari 1945, kota ini dibom secara dahsyat oleh pasukan Sekutu dengan hasil 135.000 jiwa penduduk kota ini tewas. Pusat kota historis juga hancur, antara lain gedung-gedung kuno.

SIAPA sangkah jika seorang pelukis kenamaan Indonesia, Raden Saleh, pernah menetap di kota Dresden. Tapi jika menilik pada sejarah seni di kota ini, tidak heran jika Raden Saleh memilihnya untuk tinggal. Di kota Dresden ini terdapat banyak sekali karya lukis berharga dan terkenal, misalkan saja karya Raphael (Madonna di San Sisto), Correggio (La Notte, Mary Magdalena), Titian (Tribute, Venus), Paul Veronese (The Adoration, Marriage in Cana), Rembrant (Self Portrait), dan masih banyak lagi pelukis lampau dan masa kini.

MASIH banyak lagi tempat-tempat yang menarik disini. Semua punya keistimewaan dan sejarah yang panjang. Seperti BRÜHLSCHE TERRASSE, yang merupakan promenade cantik dengan deretan kafe romantic yang menawarkan pemandangan Sungai Elbe. GRUNE GEWOLBE (Green Vault), museum perhiasan bernuansa hijau dengan koleksi terbesar di Eropa, yang baru dibuka kembali pada bulan September 2006 lalu, terletak tidak jauh dari Zwinger. Ada lagi ROYAL PALACE, first mention of a castle some 700 years ago. Istana dengan 4 sayap yang dibangun pada abad ke-15, mengalami beberapa masa suram, mulai dari terbakar hingga pengrusakan tapi justruh setiap rekonstruksinya memberi gaya baru. NEW SYNAGOGA juga patut dipantau kendati bentuk bangunan umat yahudi ini keliatan agak aneh dalam nuansa modern. Dibilang bahwa bangunan ini mengambil contoh biara orang Israel permulaan. Satu gudang tembakau yang mengecoh saya adalah YENIDZE, pertama melihatnya saya mengira ini adalah mesjid karena arsitekturnya demikian. Feeling saya melayang ke negeri Turky, ketika membaca nama Yenidze ini. Nyatanya saya salah. Dengan gaya Neo-Oriental, tempat ini kini bukan hanya jadi kantor tapi juga restaurant. Sementara di bagian kota modern atau Neustadt, dimana memajang sisi modern kota Dresden. Langkah kaki kita kesana dimulai dari Neustädter Markt dimana terdapat patung emas kaisar Augustus dengan kudanya, ‘Golden Horseman.’

Jika sudah begitu, benar kan kataku? Susahnya menepis godaan Si Elbflorenz!

Anda patut datang dan menikmatinya. Apalagi kota ini terkenal dengan kue khasnya,"Eiershecke."


valentino for http://anakflores.blogspot.com

1 komentar:

Anonim mengatakan...

kapaaaan bisa ke sana... :p hueheheh... jerman deket belgia gag ya? *nyari2 peta*
btw, gabung di bloggerian_flobamora donk... kirim email ke bloggerian_flobamora-subscribe@yahoogroups.com yaaaa. saya tunggu huehehehe ^^;

Jalan-Jalan ke Nagekeo (Part 1)

Hawa Legawa  Kawa   MERESAPI KEBERSAHAJAAN HIDUP  SEBUAH KAMPUNG TRADISIONAL  DI PUNDAK GUNUNG AMEGELU, NAGEKEO-FLORES P ...