Jalan - Jalan ke Kufstein & Thiersee (AUSTRIA)


-->
Kufstein-Tirol
Berkemah di Tepi Telaga

Kota Kufstein dengan kastilnya. Foto saya buat dari jembatan.

“Gruss Gott...!”
Jangan heran apabila Anda mendengarnya. Begitulah sapaan sekaligus jawaban dari penduduk setempat untuk ucapan Hallo. Pengertiannya kurang lebih sama dengan Selamat pagi,siang atau sore. 

Gruss Gott, secara literal, sebenarnya ditujuhkan untuk Tuhan (Gott). Namun dipahami serta diterima sebagai wujud syukur kepada Tuhan karena pertemuan dengan seseorang. Atau…barangkali esensinya lebih mendalam lagi yakni:”Salam bagi Tuhan yang berdiam dalam diri Anda.”  Terus terang, saya suka sekali dengan kalimat pendek itu. Singkat tapi bermakna bila direnungkan. 

Alam negeri Austria yang topografinya mengoleksi banyak perbukitan dan gunung, tidak jenuh memamerkan keindahan yang menakjubkan. Sisi kiri-kanan jalan diapit oleh bentangan gunung cadas ditimpali putihnya salju yang menyusup pada lereng-lerengnya serta sebagian besar terkapar agung di atas puncak-puncaknya. Saya tidak mau memejamkan mata selama perjalanan, meski sebetulnya diserbu kantuk.

Plang petunjuk arah lokasi camping sekaligus danau Thiersee

Target persinggahan saya adalah Kufstein, sebuah kota di propinsi Tirol-Austria. Saya penasaran dengan kota itu, yang pada siaran documenter di televisi kelihatan amat menawan dengan kastil di atas bukit. Namun, selain Kufstein, sasaran saya juga adalah ingin ke  Thiersee.  Letak Thiersee di pinggiran kota Kufstein. 

Dari beberapa info saya mendapatkan keterangan bahwa Thiersee tempat menarik untuk berkemah, sebuah kampung tenang dengan danau kecil di tengahnya. Ya, dari namanya juga bisa ditebak. Thiersee artinya Danau Thier (See,bah Jerman=danau). 

Untuk sampai di Thiersee sebelumnya saya harus terlebih dahulu mengitari bukit,berbelok-belok mendaki di antara hutan pinus. Jalannya sangat mulus, bersih, dan tidak ramai. Khas daerah Austria yang segar minim polusi dan tak mengenal kata macet kendati jalur destinasi wisata. Dari jalan utama, kendaraan berbelok menyusuri jalan biasa, kira-kira 15-an menit saya pun sampai kampung tersebut. Plang petunjuk ke arah lokasi berkemah memudahkan saya untuk menemukan lokasi, walau amat sangat baru dan tidak membuka peta.

Sewa lahannya sangat murah untuk berkemah.
Ada fasilitas WC/KM dll tapi ditata dengan apik sehingga kesan naturalnya tetap kuat. 

Air danau nan bening, aman untuk berenang. Ikan-ikan pun hidup dalamnya dengan bebas.

Dari situasi daerahnya, sudah tampak bahwa kampung ini sudah lama terkenal bagi pencinta rekreasi alam. Kendati pemukiman penduduk tidak seberapa banyak tapi fasilitas umumnya lengkap. Akomodasi pun lumayan banyak, mulai dari penyewaan lahan untuk camping, bungalow hingga villa dan resort. Diantara beberapa tempat camping, dua yang cukup popular adalah camping Rueppenhof dan Hiasenhof. 

Nama pertama itulah tempat pilihan saya mendirikan kemah. Disini kita bisa membawa perlengkapan kemah sendiri atau menyewah yang disediakan. Caravan pun banyak terlihat sini. 

Umumnya caravan yang saya temui adalah caravan permanent, maksudnya caravan itutidak berpindah-pindah tempat lagi. Pemiliknya adalah orang-orang yang secara regular mengunjungi danau ini tiap mendapat kesempatan libur. Mereka mengontrak sebidang tanah kecil lalu menempatkan caravannya disana. 

Bayarannya pertahun, kapan pun mareka mau menghabiskan waktu di Thiersee, tinggal datang saja. Makanya, tanah-tanah di sekeliling caravan dikapling, tampak seolah rumah pribadi yang mungil.

Jogging-jogging sebentar keliling danau:)


Sangat tenang dan menentramkan disini. Rerumputannya selalu hijau sepanjang tahun (kecuali musim dingin)

Rueppenhof, tempat dimana saya mendirikan kemah, letaknya langsung di bibir danau sebelah barat daya. Untuk camping dengan tenda sendiri, per malam kita dikenakan biaya 18 Euro, itu sudah termasuk pajak. Toilet, tempat cuci piring dan listrik adalah fasilitasnya. Ada juga toilet khusus untuk anjing peliharaan anda. Semuanya bagus-bagus. 

Air danau Thier berasal dari pegunungan Thierberg di sekelilingnya. Lebar danaunya tidak sampai satu kilometer, cukuplah untuk mengencangkan otot, membakar panas tubuh karena udaranya cukup dingin. Air danaunya bersih sehingga kita tidak perluh pikir dua kali jika mau berenang. 

Punya ide untuk memancing ikan-ikan di danau? Untuk hal ini sepertinya musti dibuang jauh-jauh deh, memancing tidak diperkenankan. Bila ikan berenang di dalam air, maka di atasnya mengapung bebek-bebek danau. Dengan bulu hijau-hitam, mereka seakan melayang di atas permukaan air dalam silentium, hening.

-->
Saat menjelang sunrise. Pegunungan nan jauh di belakang sana adalah Alpen.

Eh, rumah-rumah penduduk disini pun tidak mau kalah, indah-indah loh. Rumah orang Austria bagian ini sedikit unik. Ciri khasnya berlantai dua dengan balkon memanjang di depan lantai kedua, lalu hamper selalu ada nama pemilik rumah diukir indah pada dinding depanya, ditambah lagi hiasan seperti yang terdapat di ujung menara gereja-gereja yang tiang kecil bermotif lalu di ujungnya berbentuk ayam jantan. Warna-warni bunga menyemarakan halaman dan melengkapi keindahan balkon rumah. 

Malam hari begitu damai. Gampang ternyenyak hingga keesokannya suara kicauan burung membangunkan anda.Cukup nikmati kemerduan mereka sambil menatap mentari pagi yang membiaskan cahayanya dari ufuk timur, dari balik pegunungan Alpen nan anggun. 

--> --> --> --> -->

1 komentar:

Adoer mengatakan...

Tempatnya indah dan adem banget kayaknya...

Jalan-Jalan ke Nagekeo (Part 1)

Hawa Legawa  Kawa   MERESAPI KEBERSAHAJAAN HIDUP  SEBUAH KAMPUNG TRADISIONAL  DI PUNDAK GUNUNG AMEGELU, NAGEKEO-FLORES P ...