Puisi

Karmel

Kudatangi kau kemarin
perawan yang rela tercabik tetapi tetap perawan
Debu dari tanah asing kukebas
Aku binatang cinta di belantara
kau seekor peri perut samudra
Kugembalakan cinta yang lapar
dan tersesat kedalaman rahasia.


Telah kuraba tengkuk hatimu
dan kau rajang birahi tanganku
Sudah kucakar kulit wajahmu
dan kau runcingkan kebekuanku.


Kumasuki nirwana tubuhmu
sejak cinta jadi bui setia yang tolol
Dan kupuja kau serupa neraka
saat haus dan ngilu menawanku.


Kutulis cinta di payudaramu
meski tahu hanya menghapus mimpi
Hingga tidur jadi awal kematian
menetek puting kelahiran tanpa akhir.


Hanya sekali aku jatuh cinta
tapi tak berniatku kembali kau dekap
Maafkan aku yang telah silau
entah, kuputuskan nanti saja.

Karmel 2

Ah, Manis..
tambah anggun kau kini
purnah karena cinta yang tak pernah habiskah?

Aku bertanya kenapa ikal rambutmu
mengundang kumbang dan serangga
taburan khayal dan warna
beberapa menggelung rambutmu semaunya
Apakah rambutmu negeri impian
yang dijaga malaikat pun siluman?
Pasti bukan kau yang memelihara nyamuk
tak bosan-bosanya beranak pinak
apakah binatang itu
terlahir dari sumpah serapah kumbang dan serangga
setengah tulus mencinta,
setengah hanya mau menghisap madu.

Sudalah, Manisku.. aku tidak lebih baik
Bukankah kau pernah bilang:

“di pundakku berjejak firasat cengkeram cakar lelaki

kugaruk seperti rasa gatal
campuran pedih dan nikmat”
Benarkah?
di batu-batu tak ada jawaban

di akar-akar sembunyi rahasia.
Ah, manis…. Kenapa diam saja?

Tidak ada komentar:

Jalan-Jalan ke Nagekeo (Part 1)

Hawa Legawa  Kawa   MERESAPI KEBERSAHAJAAN HIDUP  SEBUAH KAMPUNG TRADISIONAL  DI PUNDAK GUNUNG AMEGELU, NAGEKEO-FLORES P ...